Jumat, 11 April 2008

konflik intern

KONFLIK INTERN (BATIN)

DENGAN KELUARGA

Dapat dikatakan bahwa saya adalah termasuk salah satu orang yang mengalami broken home dari beberapa kasus broken home lainnya kenapa bias begitu… ??? jawabannya adalah karena dari mulai kecil, bahkan dari mulai sebelum saya masuk ke bangku sekolah dasar sudah ditinggal kedua orang tua ke luar kota untuk mencari nafkah dalam waktu yang lumayan cukup lama, sampai-sampai bertemu dengan orang tua pun sangat jarang sekali, paling lama hanya satu minggu dalam setengah tahun ketika orang saya pulang untuk menjenguk anak-anaknya, dapat dibayangkan seberapa sedih keadaan saya pada saat itu, di masa-masa pertumbuhan dari mulai anak kecil hingga remaja yang seharusnya mendapat perlindungan, perhatian, dan kasih sayang dari kedua orang tua, namun pada kenyataannya saya tidak mendapatkannya dari orang tua saya.

Jika semenjak kecil saya sudah mengerti dan paham tentang segala sesuatu pastinya konflik batin yang saya sudah saya rasakan semenjak dahulu, namun dengna keadaan dunia anak yang penuh dengan hura-hura, kegembiraan, permainan, berbuat sesukanya demi kesenangan diri sehingga semuanya tidak saya rasakan sekali, di samping ketika itu saya belum banyak mengerti jadi tidak begitu saya rasakan. Ketika saya sudah beranjak remaja dan mulai dewasa kenyataan itu sudah mulai terasa sekali di kehidupan saya yang tentunya kehidupan seorang remaja yang sudah bias merasakan apa yang orang lain dapatkan seperti contohnya perhatian dan kasih sayang kedua orang tua. Dari saat itu hati saya selalu bertanya-tanya kenapa mereka (kedua orang tua) tega meninggalkan kami (saya dan saudara) semenjak kecil yang mana pada saat-saat itu kami sangat mebutuhkan mereka. Pertanyaan itu selalu saja muncul di hati namun tidak pernah ada kejelasan untuk mengungkapkannya, ketika orang tua pulang untuk menjenguk kami di rumah ingin sekali saya ungkapkan perasaan di hati yang selalu terlintas di hati kecil saya sampai menjadi suatu “konflik batin”, di sisi lain saya ingin mengungkapkan di hadapan orang tua namun di sisi lain saya berpikir apakah keterlaluan pertanyaan seperti itu, konflik itu berlangsung cukup lama.

Namun pada akhirnya saya memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hati saya kepada kedua orang tua, denga penuh hati-hati saya rangkai kata-kata agar tidak menyinggung perasaan beliau (kedua orang tua saya) dengan sedikit demi sedikit kata-kata saya mulai menuju ke pokok permasalahan yang saya niatkan. Alhamdulillah dengan cara itu tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti mungkin rasa ketersinggungan mereka dengan ucapan saya, dengan penuh hati terbuka dan kepala dingin saya pun mulai mengungkapkannya di hadapan mereka, berbagi cerita, saling memberikan penjelasan, dan saling memahami kenyataan hidup yang secara tidak langsung tidak menginginkan kejadian yang telah lalu terjadi. Sebenarnya untuk kepentingan kamilah mereka seperti itu, hanya saja kurang tepat melaksanakannya sehingga terjadi sesuatu yang dahulu tidak pernah kami inginkan, ya waallahu a’lam semuanya ada yang mengaturnya, kita sebagai seorang hamba hanya dapat menjalankannya dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan dengan apa yang sudah saya tulis dapat memberikan manfaat dan contoh bagi mereka yang mengalami hal yang sama seperti apa yang telah saya alami yaitu “broken home” namun apapun yang terjadi semua adalah takdir Allah, kita hanya dapat mengambil pelajaran dari kejadia itu agar kita lebih bijak lagi dalam menjalani kehidupan mendatang. Semoda kita semua selalu dilindungi dan diselamatkan oleh Allah baik di dunia maupun akhirat kelak. Amin…….

Rabu, 26 Maret 2008

pengalaman pribadi mengenai perkembangan psikologi

Salafudin, lahir di sebuah kota kecil yang bernama "Pemalang" pada awal-awal bulan Agustus, saya lahir di sebuah pedesaan yang asri,sangat alami, keindahan alam yang penuh kesejukan dan kedamaian, masih kental dengan rasa gotong-royong, rasa kekeluargaan, kebersamaan yang tinggi antar sesama penduduk. mungkin dikarenakan sejak lahir dan besar di lingkungan seperti itu, maka wajah saya pun jika anda pertama kali melihat anda akan berpendapat bahwa wajah saya termasuk wajah yang kalem dan mungkin juga tenang serta damai jika sesuai dengan lingkungan sewaktu saya kecil.
Namun semenjak kecil, kami (saya dan saudara-saudara saya) sudah ditinggal kedua orang tua ke luar kotauntuk mencari nafkah bagi kehidupan kami dan pendidikan kami, hanya uwa (kakak dari ibu) yang menggantikan peran kedua orang tua selama mereka pergi ke luar kota. jadi, semenjak kecil kami sudah dilatih untuk mandiri, apapun selalu kami berusaha kerjakan sendiri. seiring berjalannya waktu kami punbergaul dengan lingkungan masing-masing dengan karakter kami yang berbeda-beda tanpa pengawasan orang tua. kakak-kakak saya dipondokkan ke luar kota yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, hanya saya yang tidak dipondokkan, mungkin karena saat itu saya masih sangat kecil utuk dipondokkan. karena itulah saya menjadi anak yang kuper (kurang pergaulan), suka tidak percaya diri, pemalu, penakut di hadapan umum, takut untuk bergaul orang lain, minder dengan ilmu yang serba pas-pasan dan sangat minim.
Setiap hari saya menghabiskan waktu hanya berdiam diri saja di rumah. pulang dari sekolah langsung ke rumah, sampai sangat sedikit sekali informasi yang saya dapatkan di lingkungan sekitar, yang saya dapatkan hanya kejenuhan.dalam kesendirian saya sering merenung dengan keadaan yang seperti ini, ingin rasanya mengubah segala kebiasaan yang kurasakan sangat tidak baik, menjadi anak yang kuper, pemalu, tidak percaya diri, sering minder. ingin sekali saya merubahnya, namun selalu gagal saya praktekkan. sampai akhirnya tekad itupun menjadi sangat kuat dan bulat bahwa saya harus berubah menjadi lebih baik.
Semenjak saya memutuskan untuk melanjutkan study saya ke SMA/MAN ke kota yang jauh dari tempat tinggal saya. dari awal itulah saya mulai sedikit demi sedikit merubah semua pola hidup yang dulu saya rasa kurang baik. di sanalah saya mulai merubah segalanya, mencari teman, bergaul, berusaha untuk tidak minder, selalu percaya diri dengan keadaan yang dimiliki, berorganisasi, ikut segala kegiatan. sampai saat ini alhamdulillah sifat-sifat kurang baik dulu dapat saya rubah. maka jadilah sekarang siapa itu salafudin, walaupun wallahu'alam seperti apa salafudin yang akan datang, yang jelas saya akan selalu berusaha untuk memperbaiki segalanya menjadi lebih baik dan selalu mengintrospeksi diri dari segala kekurangan yang ada. semoga Allah selalu mengiringi dan meridhai setiap langkah hidupku. amin.....

Jumat, 21 Maret 2008

perkembangan psikologi remaja

Bantu memperkasa psikologi remaja
Dihantar oleh emma_shaz on 2005/12/9 10:05:41 (1557 bacaan)
KEBELAKANGAN ini banyak diperkatakan mengenai moral dan perilaku remaja, tidak kira lelaki atau perempuan. Cara interaksi remaja sekarang sungguh berbeza jika dibandingkan dengan remaja dulu.

Ada kalanya perubahan dikatakan baik dan menjadi tanda kemajuan dan pembangunan. Ada juga perubahan yang melanda remaja dewasa ini sungguh menakutkan.

Semua ini ada hubung kait dengan perkembangan psikologi remaja. Mereka dihujani pelbagai rangsangan hingga kadangkala tertipu dengan maklumat diterima.

Oleh itu, kali ini akan dibicarakan serba sedikit perkembangan psikologi remaja dan bagaimana kita boleh memberi bantuan sewajarnya jika perlu.

Remaja dikatakan ada di persimpangan jalan, iaitu mereka boleh memilih sama ada untuk terus ada di landasan sempurna atau sebaliknya. Remaja yang membuat pilihan bijak akan terus mengecapi kejayaan, manakala yang tersilap langkah akan berdepan pelbagai masalah.

Maksud di persimpangan jalan di sini adalah situasi di mana remaja ada di ambang alam dewasa dan dia perlu membuat pilihan yang akan menentukan masa depannya.

Lazimnya ramai remaja sudah ada secara samar-samar apa yang dicita-citanya dan cita-cita ini akan mendorong hala tuju masa depan mereka. Proses membuat pilihan ini berkait rapat dengan sedalam mana ilmu pengetahuan remaja, kemahiran yang ada padanya dan bagaimana pula pengalamannya yang lalu.

Tidak ketinggalan juga pengaruh ibu bapa, guru dan rakan yang sedikit sebanyak mempengaruhi pilihan yang akan dibuat. Walau apa pun pilihan dibuat, ia perlu mengambil kira keupayaan remaja itu.

Namun, jika azam sudah ada dan remaja berkenaan sanggup berusaha sedaya upaya, selalunya dia berjaya mendapat segala impian dan harapannya.

Sebaliknya, jika seorang remaja masih kabur mengenai kerjayanya pada masa akan datang, dia tidak dapat merancang dengan sempurna masa depannya dan mungkin terumbang-ambing serta berasa tidak menentu untuk membuat pilihan terbaik baginya.

Bantuan spontan

Di sinilah letaknya fungsi ibu bapa, guru dan saudara mara untuk memberi nasihat dan bimbingan sewajarnya. Semua yang terbabit mendidik remaja berkenaan tidak perlu menunggunya meminta pandangan mengenai kemusykilan membuat pilihan dihadapi.

Bantuan harus dibuat secara spontan dan proaktif apabila nampak tanda dia (remaja) menghadapi masalah dalam membuat pilihan untuk masa depannya.

Perkara membuat pilihan yang akan menentukan masa depan seseorang remaja berhubungkait dengan aspek pengawalan diri.

Remaja yang ada ciri-ciri pengawalan diri yang baik mampu terus maju dan mencapai kejayaan dalam apa jua pilihan pengajian dan kerjaya mereka.

Sebaliknya, remaja yang lemah dalam aspek pengawalan diri mungkin membuat pilihan kurang bijak dan jika mereka tidak berhati-hati ia boleh membawa kepada permasalahan pada masa depan.

Antara permasalahan sosial remaja termasuk salah laku di sekolah, kehamilan, pengguguran anak, pelacuran, penyalahgunaan dadah, lumba haram, keganasan seksual dan kecelaruan jantina.

Pengawalan diri yang baik atau keazaman bersesuaian akan memberi peluang kepada remaja merealisasikan potensi dan bakat mereka. Mereka tahu mengawal nafsu, memahami kebajikan orang lain, ada cita-cita realistik dan sayang diri sendiri. Oleh itu, remaja seperti ini dikatakan bebas membuat pilihan.

Namun jika seorang remaja tidak kisah dengan sikap pengawalan dirinya, berasa boleh buat sesuka hati tanpa menghiraukan hak orang lain, satu hari nanti dia mungkin terjebak dengan masalah dan jika dia terbabit dengan jenayah, dia akan didakwa.

Apabila berlaku hal demikian, remaja itu akan hilang keistimewaan untuk mengawal dirinya. Apa berlaku, orang lain pula akan mengawalnya.

Seperti kata pepatah ‘hendak seribu daya, tidak hendak seribu dalih’, begitu juga keadaan seseorang remaja. Soalnya, sanggupkah dia berkorban untuk mencapai kejayaan dan kesenangan masa depan.

Pengorbanan di sini bermaksud dia sanggup bersabar menghadapi pelbagai dugaan dan cabaran ketika meredah laluan yang akan membawanya ke matlamat diidamkan.

Setiap remaja di peringkat sekolah menengah ada azam untuk mendalami ilmu pengetahuan. Ia berhubungkait dengan sejauh manakah seseorang remaja itu rajin membaca.

Kata ilmuwan, riadah menguatkan otot di badan, manakala membaca menguatkan minda seseorang. Tabiat membaca di kalangan remaja adalah penting dan perlu diberi perhatian sewajarnya.

Ramai remaja masih menunjukkan tahap membaca yang rendah. Mungkin dengan bertambahnya kemudahan perpustakaan di sekolah atau rumah, pembabitan remaja dalam aktiviti membaca akan meningkat. Bukan saja boleh menimba ilmu, bahkan mereka berupaya melupakan budaya tidak berfaedah seperti lepak dan mengisi masa terluang dengan membaca.

Kajian yang pernah dibuat di sini mengenai kekerapan remaja membaca buku, majalah dan surat khabar, menunjukkan kadarnya rendah. Remaja terbabit mengemukakan beberapa cadangan seperti guru perlu menunjukkan sikap lebih proaktif dan memberi tunjuk ajar mengenai subjek yang bersesuaian untuk mereka baca.

Ada sekumpulan pelajar mengakui membaca dapat meningkatkan lagi kreativiti seseorang dan tidak kurang juga remaja mahu ibu bapa menunjukkan teladan baik dengan membaca bersama-sama. Ada yang mencadangkan supaya lebih ramai remaja menghadiri seminar yang mampu meningkatkan kualiti membaca.

Apa yang dibicarakan adalah berkaitan dengan ciri kawalan diri. Sepatutnya seorang remaja ada ciri-ciri pengawalan diri yang baik supaya dapat maju ke depan dan mencapai hajat atau hasratnya.

Kelemahan mengawal diri akan menghasilkan pelbagai permasalahan dan mungkin membawa padah kepada remaja berkenaan. Pengawalan diri berkait rapat dengan ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran menjadi lebih teguh dan bersepadu dengan adanya peningkatan tabiat membaca. Oleh itu diharapkan ramai remaja sedar pentingnya memperoleh ilmu pengetahuan demi untuk masa depan bangsa, negara dan agama.